The
Mystery of Book
Akrimah
Khairunnisa
Kriiiinnnggg!!!
Bunyi alarm memenuhi seluruh ruangan kamar.
Naki yang tengah terlelap di atas ranjangnya itu terganggu. Alisnya mengernyit mendengar suara alarm.
Perlahan-lahan matanya mulai terbuka, cahaya menembus melewati
celah-celah jendela kamar tidur miliknya. Tangannya tergerak mematikan alarm,
tubuhnya perlahan-lahan terduduk walaupun masih enggan untuk beranjak dari
ranjang. Pandangannya kabur, ia mengucek matanya. Perlahan pandangannya
mulai terlihat jelas.
Naki segera berdiri dan
merapikan ranjang miliknya yang berantakan. Naki kemudian meraih handuknya yang
tergantung di gagang pintu kamar mandi kamarnya. Langkahnya membawa Naki menuju kamar mandi. Membuka pintu, memasuki
kamar mandi, dan
mulai membersihkan diri. Beberapa menit berlalu, Naki keluar dari sana seraya mengusap-usap
rambutnya yang masih basah terkena air. Kakinya melangkah keluar dari kamar mandi. Naki bergegas menuju
dapur menyantap makanan yang sudah dibuatkan ibunya.
Kini Naki sudah berada di sekolah, Naki berlari melewati koridor sekolah.
Tanpa disadari, Naki
menabrak seseorang yang berada di hadapannya, ‘ Bruk ‘ buku-buku yang dibawa oleh seseorang yang berada di hadapan
Naki jatuh berserakan kemana-mana. “Huh, sakitnya.. “ Ringis Naki kesakitan,
Naki menoleh ke arah
orang yang sudah ia tabrak. Naki menatapnya seraya membaca “name tage” yang berada di bajunya. “ Reo... “ Gumamnya
hampir tidak bisa didengar siapa pun. Koridor tempat Naki berada sepi tidak ada
siapa pun berada kecuali mereka berdua.
“ Ah maaf aku tadi
menabrakmu, nih kacamata punyamu,
“ ucap Naki menyerahkan kacamata milik Reo,
Reo mengambil kacamata miliknya
dan mulai memakainya. “ Ah enggak apa-apa, aku juga minta maaf. “ ujar Reo
tersenyum hangat ke arah
Naki. Naki membalas senyuman Reo. “ Namaku Naki dari
kelas sepuluh B. ” Ujar Naki memperkenalkan
diri seraya mengulurkan tangannya, Reo membalas uluran tangan Naki. “
Perkenalkan namaku Reo dari kelas sepuluh A, salam kenal. “ ujar Reo ikut
memperkenalkan dirinya juga. Mereka melepaskan uluran tangan mereka, Reo mulai
mengumpulkan buku-buku yang berserakan ke mana-mana. Naki yang sempat diam
sesaat mulai ikut membantu mengambil buku-buku yang berada di lantai.
Beberapa menit kemudian mereka berdua selesai
mengambil buku yang berserakan di lantai.
“ Aku bantu ya, soalnya kamu kayaknya keberatan bawa Bukunya. Emangnya bukunya
mau kamu bawa ke mana? “ Tanya Naki sambil menawarkan bantuan kepada Reo. Reo
mengangguk mengiyakan, “ Ah boleh terima kasih, mau dibawa ke perpustakaan. “
Jelas Reo mengangkat sebagian tumpukan dan sebagai lagi diangkat oleh Naki.
Mereka berjalan beriringan menuju perpustakaan bersama, hingga bel masuk
berbunyi.
***
Istirahat tiba, Naki berlari menuju koridor tempat ia tertabrak tadi
pagi. “ Akh, di mana
hand phoneku
tadi, “
ucap
Naki sambil mengacak-acak rambutnya. Naki mulai menyusuri koridor yang mulai sepi. Beberapa
murid berjalan di koridor tersebut, tetapi saat ia tanyakan mereka menggeleng
kepala tidak tahu. Naki baru sadar jika handphone miliknya menghilang saat ia
ingin mencari sesuatu di handphonenya.
Saat hendak ingin mencarinya, suara familier memasuki indra pendengaran
Naki. Menarik atensi Naki yang tengah mencari handphone miliknya, “ Naki!! “
Teriak Reo menggema di sepanjang koridor. Naki melambaikan tangan kanannya ke arah Reo seketika Naki berlari kecil kearah
Reo. “ Huh, ah maaf aku cuman mau mengembalikan handphone punyamu. Nih, maaf ya
baru ngasih sekarang soalnya tadi aku lupa, maaf ya... “ Ujar Reo seraya mengelap keringat
yang keluar dan menyerahkan handphone milik Naki.
“ Kau suka
buku
apa Naki? “ Tanya Reo kepada Naki, yang sekarang pandangannya tertuju pada
handphone miliknya. “ Ah komik mungkin, tapi jarang, kalu novel aku udah keburu mengantuk.
Ya paling cuman buku pelajaran. “ Jawab Naki tanpa menoleh sedikit pun ke arah Reo. Reo mengaguk paham.
“ Mau kutunjukkan
keseruan membaca novel ? Kan novel itu enggak ada
gambarnya tapi beberapa ada cuman sedikit sih mau enggak? “ tawar Reo dengan semangat
menunggu jawaban dari Naki. “ Oh... boleh, lagi pula aku juga enggak
ada kegiatan.“ Jawab Naki mengangguk
setuju seraya memasukkan hand phonenya
ke dalam saku celana.
Mereka berjalan menuju
perpustakaan. Siswa-siswa di lapangan sekolah tampak berkumpul dan berolah raga. Beberapa siswa di depan kelas tengah mengobrol dan menyantap makan, entah yang
mereka beli atau pun yang mereka bawa dari rumah. “ Kenapa kamu kalau baca novel keburu
mengantuk? “ Tanya Reo mengernyit alisnya heran, menurutnya setidaknya ada
novel yang Naki suka tapi sepertinya tidak ada. “ Ah mungkin itu penyakitku,
kadang buku pelajaran aku juga begitu. Bukannya seperti itu normal saja, kan?
“ Ujar Naki terkekeh kecil
tanpa merasa bersalah.
“ Eh emangnya kayak gitu normal ya? “ Tanya Reo menoleh dan menatap tajam ke arah
Naki.
Naki yang ditatap seperti itu gelagapan. Ia bingung untuk berbicara mencoba
memikirkan jawaban yang tepat. “ Itu gimana ya jelasinnya susah.. Itu mungkin
juga enggak baik juga sih malas membaca karena kalau malas membaca wawasan jadi
kurang, tapi gimana ya mataku enggak bisa bekerja sama. “ ucap Naki mengikuti apa yang terbesit di kepalanya. Reo hanya mengangguk-angguk
mengiyakan.
“ Emang beda ya kutu buku. “ Ucap Naki dalam hati. Sesampainya di
perpustakaan, Naki duduk di kursi
menunggu Reo. Reo sedang
meminjam buku yang akan ia rekomendasikan kepada Naki.
Delapan menit kemudian...
“ Ah maaf menunggu lama
Naki... “ Ucap Reo menepuk pundak Naki, membuat Naki terkejut tetapi bertagan
untuk ia tidak berteriak. Bisa-bisa ia
dimarahi oleh petugas perpustakaan. Reo tertawa kecil sembari menggaruk
tengkuknya yang sepertinya tidak gatal.
“ Nah baca ini judulnya
Sherlock Holmes, mungkin kamu suka. Soalnya ini bercerita tentang detektif. “
Ujar Reo menjelaskan buku yang ia sodorkan kepada Naki, Naki hanya mengangguk
dan mulai membaca begitu juga dengan Reo. Ia juga ikut membaca buku pilihannya,
tanpa sadar bel berbunyi tanda sudah saatnya memasuki kelas untuk melanjutkan
pelajaran.
“ Ah, sudah bel. Padahal
lagi di bagian yang seru dasar bel enggak guna, “gerutu Naki sambil mengacak-acak
rambut melampiaskan kekesalannya. “Kamu kan tinggal membuat kartu anggota
perpustakaan, terus kamu bisa bawa pulang. Tentu saja ada batas waktunya. Kalau
kamu terlambat balikin, nanti bisa kena denda. “ Jelas Reo
sambil membereskan buku yang ingin ia pinjam. Naki yang mendengar penjelasan
tersebut langsung menuju meja petugas perpustakaan tanpa memedulikan teman barunya. Reo menoleh ke arah Naki berniat untuk mengajak naki. Ia Mencari
sosok Naki tiba-tiba
menghilang.
“ Bingo, nah itu dia. “ Ucap Reo, ia berlari
kecil menghampiri Naki. Sesampainya di depan meja petugas perpustakaan, mereka
menuliskan buku yang ingin mereka pinjam. Sebelum berpisah menuju kelas masing-masing, mereka bertukar nomor telepon satu sama lain.
Beberapa minggu terakhir, Naki sering sekali datang ke perpustakaan
untuk meminjam buku.
Buku Sherlock Holmes sudah ia baca semua. Kini ia
berniat meminjam buku baru. Ia menyusuri seluruh rak buku perpustakaan
sekolahnya. Naki mengambil salah satu buku yang menurutnya menarik. Ia memperhatikan sampul dan
membaca sinopsis yang berada di belakang. `“ Mystery of book. “
Gumam Naki, ia membawa langkahnya menuju tempat baca yang sudah disediakan.
“ Naki apa yang kau baca?
“ Tanya Reo penasaran.
“ Mystery of Book.
“ jawab Naki seraya membuka buku, Naki mulai membaca buku tersebut dengan saksama. Hingga beberapa saat
kemudian, “ eh bahasa Inggris dan lagi kenapa cuman satu halaman eh kayaknya
enggak sampai satu halaman. Kok bisa? “ tanya Naki, ia membalik halaman
berikutnya ternyata
halaman-halaman berikutnya kosong.
“ Kosong maksudnya gimana? “ tanya Reo penasaran dengan buku yang dibaca
oleh Naki yang
sepertinya membuat Naki darah tinggi.
“ Ini
loh coba lihat!
“ ujar Naki seraya memberikan buku tersebut kepada Reo dengan wajah kesal.
“ Hm.
“ deheman Reo. Reo
mulai membaca buku yang diberikan oleh Naki. Tak lama kemudian, “ eh, iya, ya.
Setelah kucek ternyata bener. Gimana kalau kita terjemahin? “ Tanya Reo, Naki
segera mengambil Handphone miliknya yang berada diatas meja. Membuka Google
translate.
“ Sini
Reo biar kuterjemahin. “ Ucap Naki bersiap menerjemahkan isi buku tersebut, Reo
mendekatkan dirinya pada Naki. Ia mulai
mengetik tulisan yang berada di buku tersebut sedangkan Reo membaca tulisan
tersebut.
“
Indonesian culture, customs, language and natural conditions are attractive to
the world. you can see the beauty with
your own eyes by playing the game... enjoy the game. “
“ Selesai!
“ Ucap Naki dengan sedikit meninggikan nada bicaranya.
“ Apa
artinya? “ Tanya Reo dengan semangat.
“ Artinya... Budaya, Adat, Bahasa, dan kondisi alam Indonesia menjadi
daya tarik bagi dunia. Kalian bisa melihat keindahan tersebut dengan mata
kepala kalian sendiri dengan melakukan permainan... selamat menikmati
permainan. “ ucap
Naki tanpa disadari kerutan muncul di dahinya, menandakan ia bingung.
“ Apa
maksud- “ belum selesai Reo berbicara tiba-tiba cahaya putih muncul begitu saja
entah dari mana asalnya.
Beberapa menit kemudian...
Perlahan-lahan cahaya tersebut menghilang. Reo menatap sekitar, “ buram.
“ ia mengenakan kacamata dan mulai menyesuaikan cahaya yang mulai masuk
melewati kaca mata
miliknya. Naki yang dari tadi menghalau masuknya cahaya dari matanya, juga
menyesuaikan cahaya yang masuk ke kornea matanya. Mereka berdua terkejut saat
menyadari hal tersebut membuat mulut mereka terbuka lebar.
“ Wih
gila ini di mana?
Kok tiba-tiba kita ada di sini, apa lagi itu kan gunung
Krakatau kan, enggak mungkin kita bisa sampai sini. “ ucap Naki tak percaya,
Naki menepuk-nepuk pipinya dengan keras untuk memastikan apakah ini nyata atau tidak.
“ Ini
nyata Ki, sakit kan? Yang pasti ini nyata. “
ujar Reo menahan kedua tangan milik Naki agar si empu tidak menyakiti dirinya
sendiri.
Cahaya biru muncul dari buku yang berada di dekat Reo membuat mereka terkejut.
Reo yang berada dekat dengan buku tersebut terpaksa mengambilnya. Sekarang buku
tersebut telah berada di tangan
Reo. Terlihat
di wajah mereka keraguan untuk membuka buku tersebut. Reo menutup matanya
membuka halaman yang bercahaya, dan sekali lagi mampu membuat tidak bisa
berkata-kata. Buku itu perlahan-lahan mulai memunculkan setiap kata demi kata.
Hingga 1 menit kemudian...
“ Reo kamu bacakan biar aku terjemahkan. “ ujar Naki memberi arahan, Reo
mengangguk setuju dengan arahan Naki.
“ The first mission for you is to have a conversation using Sundanese
now that you are in Banten. You will be
given time to learn Sundanese for 30 minutes before the game starts. someone will come to play with you. have fun and good luck!! “
“ Selesai! Terjemahannya, misi pertama untuk kalian adalah dengan
melakukan percakapan menggunakan bahasa Sunda sekarang kalian berada di Banten.
kalian akan diberi waktu untuk mempelajari bahasa Sunda selama 30 menit sebelum
permainan dimulai. akan datang seseorang yang akan bermain dengan kalian.
selamat bersenang-senang dan semoga beruntung!! “ Ucap Naki membuat mereka
berdua memandang satu sama lain, tiba-tiba Naki berteriak frustasi. Ia
berguling-guling diatas Pasir pantai.
“ Tenanglah aku bisa berbahasa Sunda kok. “ ujar Reo membuat Naki
menghentikan kegiatan berguling-gulingnya.
“ benarkan, lagi enggak bercanda kan? “ Tanya Naki memastikan.
“ Benar kok jadi santai aja. Mungkin hehehe... “ jawab Reo, walaupun
dibagian akhir ucapannya meragukan. Naki hanya pasrah, karena sejujurnya ia
tidak tau permainan apa yang dimaksud dalam buku yang kini berada di hadapan
mereka berdua.
30 menit kemudian...
Naki dan Reo sekarang berada di bawah pohon rindang yang tidak jauh dari
bibir pantai. Naki tertidur dengan pulasnya di bawah pohon, sedangkan Reo bermain
dengan handphone milik Naki karena handphone miliknya berada di perpustakaan
sekolah.
“ Hai! “ sapa seseorang mengagetkan Reo yang sedang asyik-asyiknya bermain
handphone. Tanpa disadari Reo melempar handphone milik Naki, untung saja
handphonenya mendarat tepat ditangan Naki yang sedang tertidur terlentang
begitu saja. Reo menoleh kearah sumber suara, Reo menatap Remaja seumurannya
“ Siapa?
“ Tanya Reo mengernyitkan alisnya.
“ Kuring bakal naroskeun patarosan. “ ( aku yang akan memberikan
pertanyaan. ) Ucapnya dalam bahasa Sunda.
“ Oh
ternyata, kenalkeun nami abdi Reo sareng ieu rerencangan abdi Naki anu nuju
bobo. “ ( oh ternyata, perkenalkan nama
saya Reo dan ini temanku Naki yang sedang tidur. ) Ucap Reo memperkenalkan diri
dan juga memperkenalkan Naki karena sang empu sedang tertidur.
“ Hayu
urang mimitian patarosan munggaran. “ ( mari kita
mulai saja pertanyaan pertama. ) Ajak orang tersebut.
“ Ngan sakedap kuring hoyong naroskeun saha nami anjeun? “ ( Sebentar
aku mau tanya namamu siapa? ) Tanya Reo.
“ Nami abdi Ltya. “ ( Nama saya adalah Ltya. ) jawab Ltya tersenyum, Reo
mengangguk dan membalas senyuman milik Ltya.
“ Punten, hayu urang mimitian ku patarosan anu munggaran, nyaéta,
Nami salah sahiji kasenian Cirebon?
Waktos waleran mung 2 menit ti ayeuna. “ ( Baiklah mari kita mulai
saja pertanyaan pertama yaitu, Sebutkan salah satu kesenian Cirebon? Waktu
menjawab hanya 2 menit dari sekarang. ) Ucap Ltya memulai pertanyaan. Reo yang
mengerutkan keningnya mencoba memahami apa yang Ltya katakan.
“ Ih, henteu kunanaon. Salah
sahiji kasenian Cirebon nyaéta jogét sintren sareng jogét topéng. “ ( Eh,
baiklah. Salah satu kesenian Cirebon yaitu tari sintren dan tari topeng. )
Jawab Reo.
“ Alesan pertanyaan nomer dua.
Sebutkeun opat budaya Yogyakarta? “ ( Baiklah
Pertanyaan nomor dua. Sebutkan empat kebudayaan Yogyakarta? ) Tanya Ltya, Ltya
menatap Reo yang masih berpikir. Hingga beberapa saat kemudian,
“ Budaya Yogyakarta, nyaéta wayang kulit, batik, karawitan,
sekaten. éta ngan sababaraha kuring
nyebatkeun saleresna Masih seueur. “ ( kebudayaan Yogyakarta yaitu wayang
kulit, batik, karawitan, sekaten. Itu hanya beberapa yang kusebutkan sebenarnya
Masih ada banyak. ) Jawab Reo, Reo membenarkan kacamata miliknya yang turun ke
bawah.
“ Jelaskeun ngeunaan Baduy.. “ ( Jelaskan tentang Suku Baduy. )
Ucap Ltya memberikan pertanyaan ke-3.
“ Suku Baduy mangrupikeun masarakat adat sub-étnis tina suku Sunda di
pedalaman Kabupatén Lebak, Propinsi Banten. Aranjeunna salah sahiji grup anu
nutupan dirina tina dunya luar. “ ( suku Baduy merupakan masyarakat adat
sub-etnis dari suku Sunda di wilayah pedalaman Kabupaten Lebak Provinsi Banten.
Mereka merupakan salah satu kelompok yang menutupi diri mereka dari dunia luar.
) Ujar Reo menjawab pertanyaan dengan lancar, karena ia selalu membaca buku. Sedangkan
Naki masih tertidur pulas, dengkurannya pun terdengar membuat Reo dan Ltya
tertawa melihat Naki tidur tanpa tahu tempat.
“ Sebutkeun julukan Pulo Bali? “ ( Sebutkan julukan pulau Bali? )
Tanya Ltya melanjutkan pertanyaan yang sempat tertunda, karena mendengar suara
dengkuran Naki. Reo yang mendengarkan pertanyaan dengan sesama, Reo berhenti
sejenak memikirkan jawaban untuk pertanyaan ke-4. Waktu terus berjalan membuat
Reo berpikir dengan keras.
“ Waktu tersisa hanya 1
menit lagi. “ ucap Ltya menunjukkan stop watch yang berada ditangannya. Reo
menatap pantai dari kejauhan dan beberapa potong ingatan muncul di kepalanya.
“ Conto
landihan pikeun pulau Bali nyaéta candi-candi pulau, énjing dunya, surga
pamungkas di bumi, sareng salah sahiji diantarana nyaéta pulau dewata. “ ( contoh
julukan Pulau Bali yaitu the of The Island temples, The Morning of the world,
the last Paradise on earth, dan salah satunya adalah
pulau dewata. ) ujar Reo, Reo bersyukur karena dulu ia pernah diberitahu oleh
saudaranya tentang julukan Pulau
Bali.
“ Patarosan anu terakhir nyaéta Sebutkeun
candi-candi di Indonésia? “ ucap Ltya. Reo mengernyitkan alisnya bingung.
“ Uaha
henteu cocog sareng anu aya dina buku? “
Tanya Reo, Alisnya saling bertautan heran.
“ Naha teu salah sahiji candi anu kalebet kana
kaajaiban dunya, sabab éta kadang candi mangrupikeun bagian tina sajarah bangsa
Indonésia. “ ( bukankah ada salah satu Candi yang masuk keajaiban dunia,
karena itu walaupun kadang candi termasuk sejarah bangsa Indonesia. ) Jelas
Ltya, Reo mengangguk paham dengan penjelasan yang diberikan oleh Ltya.
“ Hoam,
hm.. ah ternyata misinya udah mulai dari tadi toh. Mereka ngomong apaan sih. “ Ucap
Naki dalam hati, ia baru saja bangun dari tidurnya. Menatap kosong kedua orang
yang sedang berbicara dalam bahasa Sunda. Reo tidak menyadari kalau Naki telah bangun
sedangkan Ltya menyadarinya.
“ Nya, candi-candi di Indonésia kaasup Candi Prambanan, Candi
Borobudur, Candi Mendut, sareng Candi Muara Takus, éta mangrupikeun
hal-hal anu kuring émut. “ Jawab Reo bahagia karena berhasil menyelesaikan
misinya. Senyuman manis tercetak jelas dibibirnya. Ltya tersenyum melambaikan
tangannya kearah Reo dan Naki.
“ Senang
bertemu kalian. Misi kalian berhasil. “ Ucap Ltya yang perlahan-lahan
menghilang bagaikan partikel, Naki dan Reo terkejut melihat hal seperti itu
antara percaya dan tidak percaya. Buku yang berada di hadapan mereka berdua
bersinar, Naki langsung mengambil dan membuka buku tersebut. Sekali lagi Reo
terkejut melihat Naki yang sudah bangun dari tidurnya.
Mereka berdua mulai menerjemahkan isi buku tersebut dan Reo yang
membacakan, “ Your
mission is successful, only one more mission you have to do is to thwart
poaching. “
“ Misi
kalian berhasil, tinggal satu misi lagi yang harus kalian lakukan yaitu
menggagalkan pemburuan liar. “ ucap Naki yang selesai menyelesaikan
terjemahannya. Sama seperti sebelumnya cahaya putih menutupi penglihatan mereka,
dan sekarang mereka berada di hutan.
“ Sekarang
kita ada di hutan,
ayo kita selesaikan misinya. “ Ajak Naki seraya menarik Reo yang masih terduduk
di tanah. Reo berdiri mengikuti langkah Naki yang bersemangat.
Dor!
Suara tembakan terdengar jelas, mereka berdua mengaguk dan berlari
kearah sumber suara, melihat beberapa pemburu yang memburu beberapa hewan
langka. Mereka berdua bersembunyi di balik pohon yang tidak jauh dari pemburu
itu berada.
“ Naki kau alihkan perhatian para pemburu itu dan aku akan menelepon
polisi. Kau tidak apa-apakan. “ ujar Reo memberi arahan kepada Naki, mengacungkan jempol dan memberikan handphonenya.
Naki berlari menendang pemburu tersebut hingga terdorong beberapa meter. Reo segera
berlari mencari tempat persembunyian yang pas, dan menelepon polisi segera.
“ Siapa
itu? “ ucap salah seorang pria paruh baya yang memegang senapan angin. Beberapa
diantar mereka melancarkan serangan tapi berhasil dihindari oleh Naki.
Drap... Drap... Srek...
Dor!
Salah satu peluru hampir mengenai Naki, untung saja peluru tersebut
meleset dan hanya membuat luka gores lengan. Beberapa menit lalu Naki terus
menghindari peluru yang terus-menerus hampir mengenainya. Terlihat beberapa
luka ditubuh Naki yang berusaha menghindar dari tembakan tersebut.
“ Di mana
Reo, apakah dia sudah menelepon
polisi tapi kok belum datang-datang juga. Sekarang yang penting aku berusaha
dulu. “ Ucap Naki dalam hati.
Srek..
Dor!
Suara tembakan lain terdengar, mereka menoleh ke arah suara tembakan
tersebut berada. Tenyata para polisi dan Reo dari arah berbeda. Naki
menghembuskan nafas lega. Para pemburu ditangkap kepolisian.
“ maaf ya datang lama. “ Ucap Reo mengulurkan tangannya sembari
tersenyum hangat, Naki membalas uluran tangan tersebut dan membalas senyuman
hangat milik Reo.
“ Yeay! “ teriak mereka sambil bertos ria. Buku yang dibawa Reo
bersinar, Reo membuka buku tersebut.
“ mission completed “ ucap mereka berdua, cahaya putih menutupi
mereka berdua. Kini mereka sudah berada di perpustakaan tempat awal dimulainya
petualangan. Naki bangkit dari tempat duduknya dan mengembalikan buku itu
berada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar